Hari itu, Uqail bin Abu Thalib radhiyallahu ‘anhu menikah. Di tengah
kebahagiaannya, ia merasakan kegundahan saat mendengar tamu mendoakannya
dengan mengucapkan
بِالرَّفَاءِ وَ الْبَنِيْن
“semoga bahagia dan banyak anak”
Tak mau berlarut-larut dalam kegundahan dan demi meluruskan kekeliruan,
Uqail pun mengatakan kepada tamu tersebut: “Janganlah kamu mendoakan
demikian karena Rasulullah telah melarangnya.”
“Lalu, aku harus mendoakan bagaimana?”
“Ucapkanlah doa yang diajarkan Rasulullah:
بَارَكَ اللَّهُ لَكَ وَ بَارَكَ عَلَيْكَ وَ جَمَعَ بَيْنَكُمَا فِيْ خَيْرٍ
‘Semoga Allah menganugerahkan barakah kepadamu, semoga Allah juga
menganugerahkan barakah atasmu, dan semoga Dia menghimpun kalian berdua
dalam kebaikan’”
Mengapa Rasulullah melarang seseorang mendoakan pengantin dengan ucapan
“semoga bahagia dan banyak anak”? Wallahu a’lam bish shawab. Hanya Allah
Subhanahu wa Ta’ala yang mengetahui hakikat sejati di balik larangan
ini. Namun, kita bisa memetik hikmah sebagaimana dijelaskan Ustadz
Muhammad Fauzil Adhim dalam buku Kado Pernikahan untuk Istriku dan
ditulis Ustadz Salim A. Fillah dalam buku Bahagianya Merayakan Cinta.
Hukumnya makruh
Para ulama menerangkan bahwa hukum mendoakan pengantin dengan ucapan
“semoga bahagia dan banyak anak” ini adalah makruh. Larangan tersebut
tidak serta merta haram karena dalam hadits yang lain Rasulullah
membanggakan banyaknya jumlah umatnya dibanding umat nabi-nabi
sebelumnya. Jadi dalam Islam, banyak anak itu bagus. Bahagia dalam
pernikahan juga bukan sebuah hal yang dilarang. Namun, mendoakan
pengantin dengan ucapan “semoga bahagia dan banyak anak” bukanlah doa
yang tepat.
Doa yang lebih baik; barakah
Rasulullah melarang mendoakan pengantin “semoga bahagia dan banyak anak”
dan beliau menganjurkan umatnya untuk mendoakan dengan ucapan:
بَارَكَ اللَّهُ لَكَ وَ بَارَكَ عَلَيْكَ وَ جَمَعَ بَيْنَكُمَا فِيْ خَيْرٍ
“Semoga Allah menganugerahkan barakah kepadamu, semoga Allah juga
menganugerahkan barakah atasmu, dan semoga Dia menghimpun kalian berdua
dalam kebaikan”
Hari-hari setelah pernikahan tidak selalu merupakan hari yang bahagia.
Orang yang menikah juga belum tentu memiliki banyak anak. Maka
membayangkan setelah menikah akan selalu bahagia dan memiliki banyak
anak adalah hal yang tak sepenuhnya benar, tak spenuhnya bisa menjadi
kenyataan bagi tiap orang.
Sebagaimana fase kehidupan lainnya, hari-hari dalam kehidupan berumah
tangga juga diwarnai oleh dua hal: kadang kita menemukan hal-hal yang
kita sukai, kadang kita menemukan hal yang tidak kita sukai. Kadang kita
mengalami hal-hal yang kita inginkan, kadang kita mengalami hal-hal
yang tidak kita inginkan. Kadang kita menjumpai perkara dan peristiwa
yang membuat hati kita senang, kadang kita menjumpai perkara dan
peristiwa yang membuat hati kita tidak senang. Pada kedua sisi itu, kita
berharap ada barakah. Pada kedua sisi itu, kita mendoakan pasangan
suami istri selalu mendapatkan barakah. Inilah yang kita tangkap dari
doa ini. Dan inilah yang jauh lebih baik daripada “bahagia dan banyak
anak.”
Dalam doa yang diajarkan Rasulullah ini, ada kata laka dan ada ‘alaika.
Meskipun sama-sama keberkahan yang diminta, tetapi dengan adanya
preposisi yang berbeda ini, maknanya menjadi: barakah pada hal-hal yang
disenangi dan sekaligus barakah pada hal-hal yang tidak disenangi. Jadi
kita mendoakan pengantin muslim senantiasa mendapatkan keberkahan baik
dalam kondisi yang mereka senangi maupun tidak mereka senangi. Misalnya
saat mereka diluaskan rezekinya oleh Allah, mereka berada dalam
keberkahan dengan sikap syukur dan banyaknya infaq. Dan ketika suatu
saat mereka berada dalam keterbatasan ekonomi, mereka juga berada dalam
keberkahan dengan sikap sabar dan iffah-nya.
Dengan mendoakan barakah, berarti kita merangkum sekian banyak kebaikan
dalam satu ikatan. Seperti saat menyuruh seseorang untuk shalat dengan
khusyu’, sesungguhnya untuk dapat mencapai perintah itu harus thaharah
dulu, berwudhu dulu, memenuhi syarat dan rukun shalat. Demikian pula
dengan barakah.
Ada suami istri yang banyak berbahagia di dunia, tetapi di akhirat masuk
neraka. Tentu bukan itu yang kita harapkan terjadi pada saudara kita
pengantin baru. Pun ada suami istri yang pernikahannya langgeng dan
abadi di dunia, tetapi keduanya masuk neraka. Seperti Abu Lahab dan
istrinya yang di-nash Allah dalam surat Al Lahab. Tentu pula, bukan
seperti ini yang kita harapkan pada saudara kita pengantin baru. Kita
mengharapkan mereka memperoleh banyak kebaikan; kendati bahagia dan duka
datang silih berganti, dan tak semua pasangan suami istri memiliki anak
yang banyak. Dan doa yang diajarkan Rasulullah shalallahu ‘alaihi
wasallam itulah doa yang paling tepat. (keluargacinta)
0 Response to "Mengapa Rasulullah Melarang Mendoakan Pengantin “Semoga Bahagia dan Banyak Anak”? "
Posting Komentar